Renjana rindu ku rangkai Patah demi patah kata ku sambung Jarak demi jarak kubiarkan menganga Untuk apa? Sesederhana ucapmu Kusederhanakan pula sikapku Mengobati luka sendiri Tanpa peduli hadirmu lagi Kupikul bait demi bait keluhmu Hingga tak peduli dengan apa rasaku Seolah hanya asa yg tersisa Tanpa menyimpan harap dan do'a Kapalku, tetaplah kuat menuju pelabuhanmu Karang, ombak, badai pasti berlalu Lekaslah bermuara di pantai harapan Hingga tercipta kebahagiaan ini
2 sisi kehidupan Mari sejenak merenung melihat di sekitar kita. Mari untuk sesekali kita melihat dengan hati bukan dengan mata. Melihat dengan mata terlalu cepat ego kita memberikan kesimpulan. Kita selalu menghakimi seseorang dari apa yang kifa lihat dan apa yang kita dengar. Kita tidak pernah mau tau apa yang sedang mereka alami dan mereka rasakan. Pernahkah hidup kita merasa gitu-gitu aja? Kerjaan buruh biasa, gaji apalagi. Lalu kita lihat teman sebaya kita sudah bekerja di perusahaan besar, gaji besar. Kita selalu mengatakan "wah enak sekali ya dia sekarang". Itu kesimpulan yang dihasilkan oleh mata kita. Pernahkah kita berfikir bagaimana usahanya untuk memperoleh pekerjaan itu? Bagaimana dia melawan tekanan di perusahaan itu. Sudah pasti semakin banyak gaji semakin besar tuntutan pekerjaannya. Kemudian ada teman lagi yang sudah menikah dan memiliki anak bilang kepada kita, "enak ya dia masih bisa jalan-jalan nongkrong-nongkrong. Eits padahal kita aja jalan-jal