2 sisi kehidupan
Mari sejenak merenung melihat di sekitar kita. Mari untuk sesekali kita melihat dengan hati bukan dengan mata. Melihat dengan mata terlalu cepat ego kita memberikan kesimpulan. Kita selalu menghakimi seseorang dari apa yang kifa lihat dan apa yang kita dengar. Kita tidak pernah mau tau apa yang sedang mereka alami dan mereka rasakan.
Pernahkah hidup kita merasa gitu-gitu aja? Kerjaan buruh biasa, gaji apalagi. Lalu kita lihat teman sebaya kita sudah bekerja di perusahaan besar, gaji besar. Kita selalu mengatakan "wah enak sekali ya dia sekarang". Itu kesimpulan yang dihasilkan oleh mata kita. Pernahkah kita berfikir bagaimana usahanya untuk memperoleh pekerjaan itu? Bagaimana dia melawan tekanan di perusahaan itu. Sudah pasti semakin banyak gaji semakin besar tuntutan pekerjaannya.
Kemudian ada teman lagi yang sudah menikah dan memiliki anak bilang kepada kita, "enak ya dia masih bisa jalan-jalan nongkrong-nongkrong. Eits padahal kita aja jalan-jalan terkadang hanya sejenak melepas penat. Kemudian sebaliknya, enak ya dia udah punya suami ada yang nafkahin udah punya baby lucu lagi. Ih aku pengin. Padahal kita tak pernah tau bagaimana repotnya ngurusin anak.
Seberat apapu pekerjaanmu, pasti lebih berat yang pengangguran, seburuk apapun nilai mtk mu itu lebih beruntung dari pada mereka yang tak sekolah, seindah apapun hidupmu pasti akan memandang hidup orang lain lebih indah.
Jadilah orang yang selalu bersyukur, terkadang hidup kita terlalu nikmat, sisanya nikmat banget.
Mari sejenak merenung melihat di sekitar kita. Mari untuk sesekali kita melihat dengan hati bukan dengan mata. Melihat dengan mata terlalu cepat ego kita memberikan kesimpulan. Kita selalu menghakimi seseorang dari apa yang kifa lihat dan apa yang kita dengar. Kita tidak pernah mau tau apa yang sedang mereka alami dan mereka rasakan.
Pernahkah hidup kita merasa gitu-gitu aja? Kerjaan buruh biasa, gaji apalagi. Lalu kita lihat teman sebaya kita sudah bekerja di perusahaan besar, gaji besar. Kita selalu mengatakan "wah enak sekali ya dia sekarang". Itu kesimpulan yang dihasilkan oleh mata kita. Pernahkah kita berfikir bagaimana usahanya untuk memperoleh pekerjaan itu? Bagaimana dia melawan tekanan di perusahaan itu. Sudah pasti semakin banyak gaji semakin besar tuntutan pekerjaannya.
Kemudian ada teman lagi yang sudah menikah dan memiliki anak bilang kepada kita, "enak ya dia masih bisa jalan-jalan nongkrong-nongkrong. Eits padahal kita aja jalan-jalan terkadang hanya sejenak melepas penat. Kemudian sebaliknya, enak ya dia udah punya suami ada yang nafkahin udah punya baby lucu lagi. Ih aku pengin. Padahal kita tak pernah tau bagaimana repotnya ngurusin anak.
Seberat apapu pekerjaanmu, pasti lebih berat yang pengangguran, seburuk apapun nilai mtk mu itu lebih beruntung dari pada mereka yang tak sekolah, seindah apapun hidupmu pasti akan memandang hidup orang lain lebih indah.
Jadilah orang yang selalu bersyukur, terkadang hidup kita terlalu nikmat, sisanya nikmat banget.
Komentar
Posting Komentar